Sunday, October 6, 2013

Makalah Revisi Epistemologi Pragmatisme tentang pendidikan Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Disusun oleh kelompok 3 : ABDUL RIFAN POTABUGA 11.2.3.048 Tarbiyah/PAI 2 Semester 3 Dosen Pengampu : Ikmal M. Pdi SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) MANADO 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuanEpistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos,theory. Epistemologi adalah cabang filsafat yang menengarai masalah-masalahfilosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisidan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimanamemperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah modelfilsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila Kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusunsitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi.Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.Pragmatisme memandang pengetahuan adalah relatif dan terus berkembang Pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman. Karakteristik pengalamanmerupakan suatu peristiwa aktif-pasif, dan pengukuran nilai suatu pengalaman terletak pada persepsi hubungan-hubungan atau kontinuitas yang menyebabkan pengalamantersebut meningkat. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang ternyata berguna bagi kehidupan.Pengetahuan adalah alat atau instrumen untuk berbuat.Ukuran tingkah laku perseorangan dan sosial ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman-pengalaman hidup.Dengan demikian tidak ada nilai absolut. Menurut aliranini hakikat dari realitas adalah segala sesuatu yang dialami oleh manusia.Ia berpendapat bahwa inti dari realitas adalah pengalaman yang dialami manusia. Ini yang kemudianmenjadi penyebab bahwa pragmatisme lebih memperhatikan hal yang bersifat keaktualansehingga berimplikasi pada penentuan nilai dan kebenaran. Dengan demikian nilai dankebenaran dapat ditentukan dengan melihat realitas yang terjadi di lapangan dan tidak lagi melihat faktor – faktor lain semisal dosa atau tidak. Hal ini senada dengan apa yangdikataka James, “Dunia nyata adalah dunia pengalaman manusia.” Kenyataan yangsebenarnya adalah kenyataan fisik.Segala sesuatu dalam alam dan kehidupan adalah berubah.Hakekat segala sesuatu adalah perubahan itu sendiri. Hidup adalah suatu proses pembaharuan diri yang terus berlangsung dalam interaksinya dengan lingkungan.Apa fokus pendidikan kita sekarang. Secara umum, alam menjadi titik sentral pendidikan; alam menjadi tujuan.Manusia menjadi "budak" dari alam; ilmu, teknologidan hal-hal yang bersifat pragmatis mengambil tempat paling penting. B. Rumusan Masalah Adapun batasan dan rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1) Apa yang dimaksud dengan pragmatisme? 2) Bagaimana efistimologi pragmatisme tentang pendidikan ? 3) Bagaiman efistimologi pragmatisme tentang pendidikan di indonesia? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pragmatisme Pragmatisme (dari bahasa Yunani: pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan) merupakan sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh WilliamJames (1842 - 1910) di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung pada manusia dalam bertindak. Istilah pragmatisisme ini diangkat pada tahun 1865 oleh Charles S. Pierce (1839-1914) sebagai doktrin pragmatisme.Doktrin dimaksud selanjutnya diumumkan pada tahun 1978. Diakui atau tidak, paham pragmatisme menjadi sangat berpengaruh dalam pola pikir bangsa Amerika Serikat. Pengaruh pragmatisme menjalar di segala aspek kehidupan,tidak terkecuali di dunia pendidikan. Salah satu tokoh sentral yang sangat berjasa dalam pengembangan pragmatisme pendidikan adalah John Dewey (1859 - 1952) Tinjauan Historis Pragmatisme Setelah melalui Abad Pertengahan (abad V-XV M) yang gelap dengan ajaran gereja yangdominan, Barat mulai menggeliat dan bangkit dengan Renaissance, yakni suatu gerakanatau usaha yang berkisar antara tahun 1400-1600 M untuk menghidupkan kembalikebudayaan klasik Yunani dan Romawi. Berbeda dengan tradisi Abad Pertengahan yanghanya mencurahkan perhatian pada masalah metafisik yang abstrak, seperti masalahTuhan, manusia, kosmos, dan etika, Renaissance telah membuka jalan ke arah aliranEmpirisme.William Ockham (1285-1249) dengan filsafat Gulielmusnya yangmendasarkan pada pengenalan inderawi, telah mulai menggeser dominasi filsafatThomisme, ajaran Thomas Aquinas yang menonjol di Abad Pertengahan, yangmendasarkan diri pada filsafat Aristoteles. Ide Ockham ini dianggap sebagai benih awal bagi lahirnya Renaissance.Semangat Renaissance ini, sesungguhnya terletak pada upaya pembebasan akal darikekangan dan belenggu gereja dan menjadikan fakta empirik sebagai sumber pengetahuan, tidak terletak pada filsafat Yunani itu sendiri. Dalam hal ini Barat hanyamengambil karakter utama pada filsafat dan seni Yunani, yakni keterlepasannya dariagama, atau dengan kata lain, adanya kebebasan kepada akal untuk berkreasi. Ini terbuktiantara lain dari ide beberapa tokoh Renaissance, seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543) dengan pandangan heliosentriknya, yang didukung oleh Johanes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643). Juga Francis Bacon (1561-1626) dengan teknik berpikir induktifnya, yang berbeda dengan teknik deduktif Aristoteles (dengan logikasilogismenya) yang diajarkan pada Abad Pertengahan.Jadi, Barat tidak mengambil filsafat Yunani apa adanya, sebab justru filsafat Yunaniitulah yang menjadi dasar filsafat Kristen pada Abad Pertengahan, baik periode Patristik (400-1000 M) dengan filsafat Emanasi Neoplatonisme yang dikembangkan olehAugustinus (354-430), maupun periode Scholastik (1000 - 1400 M) dengan filsafat Thomisme yang bersandar pada Aristoteles. Semua filsafat Yunani ini membahasmetafisika, tidak membahas fakta empirik sebagaimana yang dituntut oleh Renaissance.Jadi, semangat Renaissance itu tidak bersumber pada filsafat Yunaninya itu sendiri, tetapi pada karakternya yang terlepas dari agama.Renaissance juga diperkuat adanya Reformasi, sebuah upaya pemberontakan terhadapdominasi gereja Katholik yang dirintis oleh Marthin Luther di Jerman (1517). Gerakanini bertolak dari korupsi umum dalam gereja –seperti penjualan Surat TandaPengampunan Dosa (Afllatbrieven)–, penindasannya yang telanjang, dan dominasinyaterhadap negara-negara Eropa. Meskipun Reformasi tidak secara langsung ikutmemperjuangkan apa yang disebut “pembebasan akal”, tetapi gerakan ini secara tak sadar telah memperkuat Renasissance dengan mempelopori kebebasan beragama (Protestan)dan telah memperlemah posisi Gereja dengan memecah kekuatan Gereja menjadi duaaliran; Katholik dan Protestan. Kritik-kritik terhadap Injil di Jerman sekitar abad XVII juga dianggap implikasi tak langsung dari adanya Reformasi.Meskipun demikian, Gereja Katholik dan tokoh Reformasi memiliki sikap sama terhadapupaya Renaissance, yakni menentang ide-ide yang tidak sesuai dengan Injil. Calvin,seorang tokoh Reformasi di Jenewa (Swiss), mendukung pembakaran hidup-hidupterhadap Servetus dari Spanyol (1553), yang menentang Trinitas. Gereja Katholik danReformasi juga sama-sama menolak ide Copernicus (1543) tentang matahari sebagai pusat tatasurya, seraya mempertahankan doktrin Ptolemeus yang menganggap bumisebagai pusat tatasurya.Pada abad XVII, perkembangan Renaissance telah melahirkan dua aliran pemikiran yang berbeda : aliran Rasionalisme dengan tokoh-tokohnya seperti Rene Descartes (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677), dan Pascal (1623-1662), dan aliran Empirismedengan tokoh-tokohnya Thomas Hobbes (1558-1679), John Locke (1632-1704).Rasionalisme memandang bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio(akal), sedang Empirisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman manusia dengan menggunakan panca inderanya Kemudian datanglah Masa Pencerahan (Aufklarung) pada abad XVIII yang dirintis olehIsaac Newton (1642-1727), sebagai perkembangan lebih jauh dari Rasionalisme danEmpirisme dari abad sebelumnya.Pada abad sebelumnya, fokus pembahasannya adalah pemberian interpretasi baru terhadap dunia, manusia, dan Tuhan. Sedang pada MasaAufklarung, pembahasannya lebih meluas mencakup segala aspek kehidupan manusia,seperti aspek pemerintahan dan kenegaraan, agama, ekonomi, hukum, pendidikan dansebagainya.Bertolak dari prinsip-prinsip Empirisme John Locke, George Berkeley (1685-1753)mengembangkan “immaterialisme”, sebuah pandangan yang lebih ekstrim daripada pandangan John Locke. Jika Locke berpandangan bahwa kita dapat mengenal esensisebenarnya (hakikat) dari fenomena material dan spiritual, Berkeley menganggap bahwasubstansi-substansi material itu tidak ada, Yang ada adalah ciri-ciri yang diamati.Pandangan Locke dan Berkeley dikembangkan lebih lanjut oleh David Hume (1711-776), dengan dua ide pokoknya; yakni tentang skeptisisme (keragu-raguan) ekstrim bahwa filsuf itu mampu menemukan kebenaran tentang apa saja, dan keyakinan bahwa“pengetahuan tentang manusia” akan dapat menjelaskan hakikat pengetahuan yangdimiliki manusia.Selain George Berkeley dan David Hume, Immanuel Kant (1724-1804) juga dianggapsalah seorang tokoh Masa Pencerahan. Filsafat Kant disebut Kritisisme, yakni aliran yangmencoba mensintesiskan secara kritis Empirisme yang dikembangkan Locke yang bermuara pada Empirisme Hume, dengan Rasionalisme dari Descartes.Kant mulaimenelaah batas-batas kemampuan rasio, berbeda dengan dengan para pemikir Rasionalisme yang mempercayai kemampuan rasio bulat-bulat. Namun demikian, Kant juga mempercayai Empirisme.Walhasil dia berpandangan bahwa semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semua dari pengalaman. Obyek luar ditangkap oleh indera, tetapi rasio mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut.Pada abad XIX, filsafat Kant tersebut dikembangkan lebih lanjut di Jerman oleh J. Fichte(1762-1814), F. Schelling (1775-1854) dan Hegel (1770-1831). Namun yang merekakembangkan tidaklah filsafat Kant seutuhnya, tetapi lebih memprioritaskan ide-ide, yaknitidak memfokuskan pada pembahasan fakta empirik.Karenanya, aliran mereka disebutdengan Idealisme. Dari ketiganya, Hegel merupakan tokoh yang menonjol, karena banyak pemikir pada abad ke-19 dan ke-20 yang merupakan murid-muridnya, baik langsung maupun tidak. Mereka terbagi dalam dua pandangan, yaitu pengikut Hegelaliran kanan yang membela agama Kristen seperti John Dewey (1859-1952), salahseorang peletak dasar Pragmatisme yang menjadi budaya Amerika (baca : Kapitalisme)saat ini, dan pengikut Hegel aliran kiri yang memusuhi agama, seperti Feuerbach, KarlMarx, dan Engels dengan ide Materialisme yang merupakan dasar ideologi Komunismedi Rusia. Empirisme itu sendiri pada abad XIX dan XX berkembang lebih jauh menjadi beberapaaliran yang berbeda, yaitu Positivisme, Materialisme, dan Pragmatisme. Positivismedirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap sebagai Bapak ilmu SosiologiBarat. Positivisme sebagai perkembangan Empirisme yang ekstrim, adalah pandanganyang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yangnyata/empirik”, atau yang mereka namakan positif. Nilai-nilai politik dan sosial menurutPositivisme dapat digeneralisasikan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dari penyelidikan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai politik dan sosial juga dapat dijelaskan secara ilmiah, dengan mengemukakan perubahan historis atas dasar cara berpikir induktif. Jadi, nilai-nilai tersebut tumbuh dan berkembang dalam suatu proses kehidupan dari suatu masyarakat itu sendiri.Materialisme adalah aliran yang menganggap bahwa asal atau hakikat segala sesuatuadalah materi. B. Epistemologi Pragmatisme tentang pendidikan Pendidikan memang merupakan lembaga yang sarat dengan beban kesejarahan.Melalui lembaga ini, suatu masyarakat berharap melanggengkan eksistensi dan melestarikan nilai-nilai yang terekam dalam sejarahnya. Lembaga ini pula yang diharapkan memenuhi tuntutan mendesak masa kini akan sumber daya manusia dalam berbagai tingkatan, serta menjadi tempat untuk menempa manusia demi melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan. Kaum pragmatisme meyakini bahwa pikiran manusia bersifat aktif dan berhubungan langsung dengan upaya penyelidikan dan penemuan.Pikiran manusia tidak mengonfrontasikan dunia yang ianya terpisah dari aktivitas penyelidikan dan penemuan itu.Pengetahuan dunia dibentuk melalui pikiran subjek yang mengetahuinya.Kebenaran tidak tergantung sepenuhnya melulu pada korespondensi ide manusia dengan realitas eksternal, karena realitas bagi manusia tergantung pada bagian dalam ide yang menjelaskannya.Pengetahuan adalah produk transaksi antara manusia dan lingkungannya sedangkan kebenaran adalah suatu properti bagi pengetahuan. Kelompok pragmatisme mengklaim bahwa suatu ide dikatakan benar jika ia benar-benar bias diterapkan. Hanya William James yang menyebutkan, bahwa ide itu dikatakan benar jika memberikan konsekuensi yang bernilai dan atau fungsional bagi personnya.Sedangkan Peirce dan Jhon Dewey memberikan klaim bahwa suatu ide dikatakan benar hanya jika memiliki konsekuensi yang memuaskan ketika secara objektif dan saintifik ide itu dapat dipraktikkan secara memuaskan.Jadi, kaum pragmatisme memandang kebenaran suatu ide tergantung pada konsekuensi yang muncul ketika ide itu dioperasikan di alam empiris. Jhon Dewey menyebutkan, bahwa pikiran manusia bukanlah suatu yang ultimate dan absolute, tetapi lebih merupakan suatu bentuk proses alamiah di mana ia muncul sebagai hasil dari hubungan aktif antara organisme yang dengan lingkungannya. Pikiran manusia selalu berawal dari dunia pengalaman dan untuk akan kembali ke dunia pengalaman. Ada hubungan interdependensi antara pikiran dan pengalaman empiris yang meniscayakan perubahan-perubahan.Tidaklah dikatakan pengetahuan jika tidak membawa pada perubahan bagi kehidupan manusia. Jadi, nilai pengetahuan dilihat dari kadar instrumentalisnya yang akan membawa pada akibat-akibat baik yang telah atau yang akan dihasilkan ole hide pikiran dalam dunia pengalaman nyata. Pragmatisme juga mengatakan bahwa method of intellegence merupakan cara yang ideal untuk mendapatkan pengetahuan. Kita menangkap sesuatu yang terbaik menurut kaum pragmatis mestilah melalui melokalisasi problem yang sedemikian rupa dan memecahkannya.Menghadapi sebuah problem, intelligence mengajukan hipotesis tentang prose situ.Hipotesis sebagai suatu kesimpulan yang diajukan untuk memecahkan suatu problem, secara sukses merupakan hipotesis yng menjelaskan fakta-fakta dari problem itu. John Dewey mengklaim, bahwa dalam proses pengetahuan diperlukan adanya konsep yang dikonfirmasi secara objektif dan operasional dan dapat bekerja sebagai dasar bagi pengaturan hipotesis yang diajukan yang selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk pemecahan problem berikutnya. Menurut kaum pragmatisme,guru harus mengonstruksi situasi belajar dengan menempatkan problem tertentu yang pemecahannya akan membawa siswa kepada pemahaman yang lebih baik akan lingkungan sosial mereka. Konsekuensinya, menggantikan struktur tradisional tentang subjek matters baik guru maupun kelas harus meramalkan apakah pengetahuan itu memberikan manfaat dalam pemecahan problem tertentu yang sedang mereka diskusikan seperti transfortasi sepanjang sejarah, persoalan-persoalan seksual saat ini ataupun persoalan kehidupan di kampong orang Indian. Prosedur yang sama juga diikuti dalam pembelajaran skill reading, writing, dan aritmatik. Semua materi pelajaran ini menjadi lebih bermakna bagi subjek didik dan akan semakin mudah di kuasai ketika mereka dapat memanfaatkannya sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan dan kepentingan mereka dalam menghadapi realitas. Menurut kaum pragmatiseme, seorang anak selalu belajar secara alamiah karena memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu tentang sesuatu. Ia senantiasa akan mempelajari apapun yang ia rasakan dan atau apa yang ia pikirkan. Oleh karena itu, guru harus menghidupkan spirit inquiri ini agar tampil dalam realitas pembelajaran. Mengajar subjek didik dari subjek matters telah jelas baginya merupakan suatu kebutuhan nyata bagi subjek didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Tugas penting guru adalah menolong para subjek didiknya agar mempelajari apa yang ia rasakan dan merangsang jiwa ingin tahunya selalu tumbuh, seperti sains, sastra, sejarah, dan lain sebagainya. Kaum pragmatisme meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari keingintahuan, sementara guru mesti merangsang keingintahuan itu tampil dalam proses inquiry. C. Epistemologi Pragmatisme Pendidikan Indonesia Perumusan landasan filsafat pendidikan senantiasa menuntut kejelasan wawasan masa lalu, kebutuhan-kebutuhan mendesak masa kini, dan harapan subjektif masa depan. Jika wawasan mengenai ketiga dimensi kesejarahan dari suatu bangsa-negara masih kabur dan diselimuti ketidakjelasan, tentu sulit mengharapkan suatu filsafat pendidikan yang jernih dan jelas.Pendidikan memang merupakan lembaga yang sarat dengan beban kesejarahan.Melalui lembaga ini, suatu masyarakat berharap melanggengkan eksistensi dan melestarikan nilai-nilai yang terekam dalam sejarahnya. Lembaga ini pula yang diharapkan memenuhi tuntutan mendesak masa kini akan sumber daya manusia dalam berbagai tingkatan, serta menjadi tempat untuk menempa manusia demi melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan. Dengan beban ketiga dimensi kesejarahan itu, diakui atau tidak, filsafat pendidikan, kebijakan, dan sistem kelembagaan di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) masih merupakan warisan kolonial yang dikembangkan di Barat. Kalau kemudian pendidikan di Barat pun sudah banyak mengalami perombakan, permasalahan di negara bekas jajahan bukan cuma harus mengganti warisan kolonial, tetapi juga menciptakan filsafat pendidikan dan kebijakan sistem pendidikan yang benar-benar sesuai dan dibutuhkan sebagai negara berkembang. Tentu bertujuan baik jika pemerintah melakukan pembandingan dengan perkembangan di negara lain atau negara yang lebih maju. Maka ditetapkanlah berbagai pembakuan dan standar dalam pendidikan, seperti standar nasional pendidikan, standar ujian akhir, standar penilaian, standar pengelolaan, standar pengawasan, sertifikasi guru dosen, dan lain-lain.Namun tujuan baik saja tidak cukup untuk menangani masalah pendidikan yang sedemikian kompleks. BAB III KESIMPULAN Dan kesimpulan nya yaitu: 1) Pragmatisme (dari bahasa Yunani: pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan) merupakan sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William James (1842 - 1910) di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung pada manusia dalam bertindak. 2) Epistemologi Pragmatisme tentang pendidikan Pendidikan memang merupakan lembaga yang sarat dengan beban kesejarahan.Melalui lembaga ini, suatu masyarakat berharap melanggengkan eksistensi dan melestarikan nilai-nilai yang terekam dalam sejarahnya. Lembaga ini pula yang diharapkan memenuhi tuntutan mendesak masa kini akan sumber daya manusia dalam berbagai tingkatan, serta menjadi tempat untuk menempa manusia demi melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan. 3) Pendidikan memang merupakan lembaga yang sarat dengan beban kesejarahan. Melalui lembaga ini, suatu masyarakat berharap melanggengkan eksistensi dan melestarikan nilai-nilai yang terekam dalam sejarahnya. Lembaga ini pula yang diharapkan memenuhi tuntutan mendesak masa kini akan sumber daya manusia dalam berbagai tingkatan, serta menjadi tempat untuk menempa manusia demi melanjutkan estafet kepemimpinan di masa depan. DAFTAR PUSTAKA Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Cetakan I, PT. Refika Aditama 2011 Bakker, Anton dan Zubair, A.H. 1993.Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta:Penerbit Kanisius. Imam Barnadib. 1994. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Penerbit gramedia Keraf A, S. 1987. Prag,matisme Menurut William james. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Pranarka, A.W.M. 1987. Epistemologi Dasar: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan

1 comment:

  1. If you're trying to lose fat then you certainly have to jump on this totally brand new personalized keto plan.

    To design this keto diet, licensed nutritionists, personal trainers, and professional cooks united to develop keto meal plans that are efficient, suitable, money-efficient, and delightful.

    From their grand opening in January 2019, 100's of individuals have already transformed their body and well-being with the benefits a good keto plan can give.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones given by the keto plan.

    ReplyDelete