LINGKUNGAN
PENDIDIKAN
(
Q.S. AL-NISA AYAT 75 )
Di
susun guna memenuhi tugas mata kuliah
”TAFSIR”
Oleh
kelompok 7:
Abdul
Rifan. Potabuga
11.2.3.048
Tarbiyah/PAI
2 Semester IV
Dosen
Pembimbing:
Bpk.
M. Imran., Lc
STAIN
MANADO
2012-2013
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) MANADO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Imam Syafi'i mengatakan, jihad adalah
"memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam". Juga, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Atsir, jihad berarti "memerangi orang Kafir dengan
bersungguh-sungguh, menghabiskan daya dan tenaga dalam menghadapi mereka, baik
dengan perkataan maupun perbuatan.
Ayat-ayat al-Quran seringkali
menganjurkan orang-orang mukmin agar menjadikan iman kepada Hari Kiamat
sebagai pegangan dan ayat-ayat al-Quran juga acapkali membuat perbandingan
antara kehidupan dunia dan akhirat. Di samping itu, al-Quran juga
mengajak mukminin agar berjihad di jalan Allah. Ayat ini menggugah emosi
manusia dan menghendaki dari mereka agar bangkit berjuang dan berupaya
menyelamatkan mereka yang dianiaya orang-orang zalim, mempertahankan diri,
kehormatan, dan harta dari tindakan sewenang-wenang musuh, membantu orang-orang
yang lemah, serta mewujudkan keadilan dan kebenaran,
Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang berbicara
tentang jihad, oleh karena itu, penulis akan mencoba untuk membahas tentang
penafsiran Q.S. An-Nisa : ayat 75 tentang “LINGKUNGAN PENDIDIKAN”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana redaksi ayat al-Qur’an surah al-Nisa ayat 75?
2. Apa makna kosa kata dari surah al-Nisa ayat 75?
3. Apa munasabah ayat dari surah al-Nisa ayat 75?
4. Bagaimana kandungan ayat surah al-Nisa ayat 75?
5. Bagaimana jika di hubungkan dengan aspek pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Redaksi Qur’an Surah al-Nisa ayat 75
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
$tBur ö/ä3s9 Ÿw tbqè=ÏG»s)è? ’Îû È@‹Î6y™ «!$# tûüÏÿyèôÒtFó¡ßJø9$#ur šÆÏB ÉA%y`Ìh9$# Ïä!$|¡ÏiY9$#ur Èbºt$ø!Èqø9$#ur tûïÏ%©!$# tbqä9qà)tƒ !$oY/u‘ $oYô_Ì÷zr& ô`ÏB ÍnÉ‹»yd Ïptƒös)ø9$# ÉOÏ9$©à9$# $ygè=÷dr& @yèô_$#ur $uZ©9 `ÏB šRà$©! $|‹Ï9ur @yèô_$#ur $oY©9 `ÏB šRà$©! #·ŽÅÁtR ÇÐÎÈ
Artinya
: Mengapa kamu tidak mau berperang di
jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita
maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami
dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari
sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".[1]
2.
Makna Kosa Kata Q.S An-Nisa : 75
قَا
تَلَ= Membunuh
قَا
لBerkata =
3.
Munasabah Q.S An-Nisa ayat 75
$tBur ö/ä3s9 Ÿw tbqè=ÏG»s)è? ’Îû È@‹Î6y™ «!$# tûüÏÿyèôÒtFó¡ßJø9$#ur šÆÏB ÉA%y`Ìh9$# Ïä!$|¡ÏiY9$#ur Èbºt$ø!Èqø9$#ur tûïÏ%©!$# tbqä9qà)tƒ !$oY/u‘ $oYô_Ì÷zr& ô`ÏB ÍnÉ‹»yd Ïptƒös)ø9$# ÉOÏ9$©à9$# $ygè=÷dr& @yèô_$#ur $uZ©9 `ÏB šRà$©! $|‹Ï9ur @yèô_$#ur $oY©9 `ÏB šRà$©! #·ŽÅÁtR ÇÐÎÈ
75. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan
Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun
anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari
negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi
Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".
Dengan Q.S al-Nisa ayat 76
tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ «!$# ( tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ ÏNqäó»©Ü9$# (#þqè=ÏG»s)sù uä!$u‹Ï9÷rr& Ç`»sÜø‹¤±9$# ( ¨bÎ) y‰øŠx. Ç`»sÜø‹¤±9$# tb%x. $¸ÿŠÏè|Ê ÇÐÏÈ
76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan
orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah
kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah
Ø Tafsir Al-Maraghy Q.S An-Nisa ayat 76 yaitu :
tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ «!$# ( tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ ÏNqäó»©Ü9$#
Orang-orang yang beriman
berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan
thaghut.
Orang-orang mukmin berperang tidak lain demi meninggikan kalimat
yang haq, sedangkan orang-orang kafir berperang tidak lain hanya karena
mengikuti bisikan setan dan penghias kekufuran. Sekiranya kaum Mu’minin
meninggalkan peperangan, niscaya kezhaliman dan kerusakan akan merajalela.
Kemudian, sekali lagi Allah mengajurkan berperang dan menerangkan
kelemahan musuh kaum Mu’minin. Allah berfirman :
(#þqè=ÏG»s)sù uä!$u‹Ï9÷rr& Ç`»sÜø‹¤±9$# ( ¨bÎ) y‰øŠx. Ç`»sÜø‹¤±9$# tb%x. $¸ÿŠÏè|Ê ÇÐÏÈ
sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena Sesungguhnya
tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Wahai kaum Mu’minin, para penolong Ar-Rahman, perangilah para
penolong setan yang di bisikan dan ditipu olehnya, bahwa di dalam kezhaliman
dan perusakan tanaman serta keturunan itu terdapat kemuliaan mereka.
Sunnah Allah telah berlaku, bahwa yang haq itu tinggi, dan
kebatilan itu rendah, dan bahwa yang tetap itu adalah yang paling baik.
Orang-orang yang berperang di jalan Allah mencari apa yang di tuntut oleh
sunnah alam, sedangkan orang-orang yang berperang di jalan setan hanya
mengiginkan membalas dendam, mencari kekuasaan di muka bumi menurut cara yang
tidak haq dan memperbudak manusia untuk tujuan dan nafsu mereka.
Sunnah-sunnah alam menolak hal yang demikian itu. Maka, hal itu tidak akan
mempunyai kekuatan dan kekalahan, kecuali jika para pembela yang haq
telah lalai akan haq mereka. Tetapi, jika mereka telah sadar dari
kelalaiannya, maka yang haq itu
pasti mengalahkan yang bathil, dan melenyapkan dalam keadaan terusir.
Orang-orang yang berperang demi menegakkan yang haq mencurahkan
perhatiannya kepada penyempurnaan persiapan, sehingga dengan demikian mereka
akan mempunyai ketabahan dan kesabaran. Di sinilah letek kekuatan, bukan pada
banyaknya jumlah bala tentara dan peralatan perang.
Hal ini terdapat di dalam peperangan dalam membela agama yang telah
lama di tinggalkan oleh kaum muslimin.
Sekiranya sekarang terdapat di muka bumi ini sebuah pemerintahan Islam
yang menegakkan Al-Qur’an dan membela
Islam beserta para pemeluknya dengan menjalankan kewajiban mempersiapkan
peralatan perang, niscaya para pemuja peradaban akan menjadikannya sebagai
contoh teladan dan pemimpin di dalam pekerjaan-pekerjaan mereka.[3]
4.
Kandungan Q.S. An-Nisa ayat 75
Ø Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisa :
Ayai ini adalah dorongan dari Allah bagi hamba-hambaNya yang
beriman dan pengobaran semangat bagi mereka untuk berperang dijalanNYa, dan
bahwasannya hal itu telah wajib atas mereka dan menetapkan celaan yang besar
terhadap mereka bila meninggalkannya, Allah berfirman,
$tBur ö/ä3s9 Ÿw tbqè=ÏG»s)è? ’Îû È@‹Î6y™ «!$#š©
“mengapa kamu tidak mau berperang di jalan
Allah”
Kondisinya adalah
bahwa orang-orang yang tertindas , baik laki-laki, wanita atau anak-anak yang
tidak mampu berdaya upaya dan tidak mampu mencari jalan (untuk hijrah),
bersamaan dengan itu sesungguhnya mereka telah menerima kezaliman yang sangat
keras dari musuh-musuh mereka, lalu mereka berdoa kepada Allah agar berkenan
mengeluarkan mereka dari kampong tersebut dimana penduduknya berlaku zalim
terhadap mereka dengan kekufuran dan kesyirikan, dan terhadap kaum mukminin
dengan gangguan dan penghalangan dari jalan Allah, dan menahan mereka dari
dakwah kepada agama mereka dan dari berhijrah, mereka juga berdoa kepada Allah,
agar berkenan menjadikan seorang pemimpin dan penolong untuk mereka yang mampu
menyelamatkan mereka dari kampung yang masyarakatnya berlaku zalim tersebut,
maka jihad yang kalian tegakan dalam bentuk yang seperti itu adalah perjuangan
dan membelah kehormatan kalian, anak2 kalian dan mahram-mahram kalian, karena
berjihad yang merupakan perlawanan terhadap kaum kafir, sesungguhnya walaupun mengandung
keutamaan yang besar dan orang yang tidak ikut berjihad akan di hadapkan dengan
celaan yang besar, maka berjihad dengan menyelamatkan orang-orang yang
tertindas di antara kalian adalah lebih besar ganjarannya dan lebih baik
faedahnya, dan itu termasuk dalam bentuk tindakan menolak musuh.[4]
Ø
Tafsir
Al-Qur’anul Majid An-Nuur
Wa maa lakum laa tuqaatiluuna fii sabiilillaah = Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah.
Mengapa kamu tidak berjuang di jalan Allah untuk menegakkan tauhid,
kebajikan, keadilan, dan kerahmatan. Ayat ini mengandung perintah untuk
berperang membela orang-orang yang lemah, yang tertindas, terutama perempuan
dan anak-anak.
Wal mustadh’afiina minar rijaali wan nisaa-iwal wildaani = dan untuk membela orang-orang yang tertindas, lelaki, perempuan
dan anak-anak.
Mengapa kamu tidak ikut berperang untuk membela saudara-saudaramu
yang lemah, yang terhina oleh penduduk musyrikin Mekkah yang kejam untuk
menghalangi mereka berhijrah ke Madinah ? Dalam masa damai seperti di Indonesia
sekarang ini, perintah berperang bisa
diartikan secara maknawi, yakni memerangi penyakit-penyakit sosial
(kemasyarakatan) untuk membantu rakyat yang masih tertinggal, terpinggirkan,
tertekan, hak-haknya dirampas, dan sebagainya.
Alla-dziina yaquuluuna rabbanaa akhiirina min haadzihil qaryatizh
zhaalimi ahluhaa waj’al lanaa mil ladunka waliyyaw waj’al lanaa mil ladunka
na-shiira = yang semuanya berkata: “wahai
Tuhan kami, keluarkan kami dari negeri (kampung) ini, yang penduduknya dzalim,
dan berilah kami pelindung dan penolong
dari sisi-Mu.
Mereka yang lemah karena sangat menderita, memohon kepada Allah:
“Wahai Tuhan kami, keluarkan kami dari kota Mekkah, yang penduduknya dzalim,
dan jadikanlah dari sisi-Mu orang-orang yang mau memberikan pertolongan dan
perlindungan atas kepentingan-kepentingan kami.”
Dalam ayat ini Allah menunjuk jalan untuk menyucikan jiwa dari dosa
akibat tidak mau pergi bertempur (berjuang). Ayat ini juga menyuruh kita
berjuang untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah dan mengutamakannya atas
nikmat dunia.[5]
Ø
Tafsir
jalalain
Wa maa lakum laa tuqaatiluuna
(mengapa kamu tak hendak berperang) Pertaanyaan yang berarti celaan, maksudnya
tak ada halangan bagi kamu tidak berperang.
fii sabiilillaahi (
di jalan allah) untuk membebaskan.
Wal mustadh’afiina minar rijaali wan nisaa-iwal wildaani ( golongan yang lemah baik laki-laki, wanita maupun anak-anak)
yakni yang di tahan oleh orang-orang kafir buat berhijrah dan yang di aniayah
mereka. Berkata ibnu Abbas r.a: ‘’ saya bersama ibu saya termmasuk dalam
golongan ini “
Alla-dziina yaquuluuna (
yang mengatakan) atau berdoa: “
rabbanaa akhiirina min haadzihil qaryatizh (wahai tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini) mekkah.
zhaalimi ahluhaa (
yang penduduknya di aniaya) disebabkan kekafiran.
waj’al lanaa mil ladunka waliyyaw (dan
berilah kami dari sisi-mu seorang pelindung) yang akan mengatur urusan kami.
waj’al lanaa mil ladunka
na-shiiran( dan berilah Kami dari sisi-mu seorang pembelah) yang
mempertahankan kami terhadap mereka. Allah telah mengabulkan permohonan mereka
ini, maka di mudahkan-nya sebagian mereka untuk itu keluar, sedangkan sisa-nya
tinggal di mekkah sampi kota itu berhasil dibebaskan, lalu nabi SAW. Mengangkat
itab bin said sebagai penguasa mekkah, maka dibela-nya orang-orang teraniayah
dari penganiaya-penganiayanya.[6]
Ø
Naskah
ali Al-Qur’an dan Tafsirnya Q.S An-Nisa ayat 75 yaitu
$tBur ö/ä3s9 Ÿw
tbqè=ÏG»s)è? ’Îû È@‹Î6y™ «!$# tûüÏÿyèôÒtFó¡ßJø9$#ur šÆÏB ÉA%y`Ìh9$# Ïä!$|¡ÏiY9$#ur Èbºt$ø!Èqø9$#ur tûïÏ%©!$# tbqä9qà)tƒ !$oY/u‘ $oYô_Ì÷zr& ô`ÏB ÍnÉ‹»yd Ïptƒös)ø9$# ÉOÏ9$©à9$# $ygè=÷dr& @yèô_$#ur $uZ©9 `ÏB šRà$©! $|‹Ï9ur @yèô_$#ur $oY©9 `ÏB šRà$©! #·ŽÅÁtR ÇÐÎÈ
Pada ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin
berperan dijalan Allah untuk membela saudara-saudara mereka yang tertindas dan
yang berada dalam cengkrangan musuh, karna mereka itu orang-orang yang lemah
dan tidak berdaya baik laki-laki,wanita maupun anak-anak.keamanan mereka
terancam,mereka tidak mampu membebaskan diri dari cengkraman musu,mereka di
tindas dan dianiaya oleh penguasa-penguasa yang zholim,mereka tidak berbuat
apa-apa selain berdoa memohon pertolongan dan perlindungan dari sisi Allah SWT.
Allah mendorong untuk berperang dengan cara yang lebih
mendalam,mengetok pintu hati nurani setiap orang masi memiliki prasaan dan
keinginan yang baik,dengan menyebutkan keuntungan tujuan murni dari peprangan
menurut islam.tujuan perang dalam islam ialah meninggikan kalimah
Allah,membelah saudara-saudara seagama,membela hak-hak asasi manusia dan
menegakkan norma-norma akhlak yang tinggi bukan untuk memperbudak atau menjaja
atau untuk menguasai suatu bangsa atau negara atau hak-hak orang lain.
Berdasarkan tujuan berperang tersebut diatas,adalah menjadi
kewajiban bagi muslimin membebaskan orang-orang islam yang ditawan oleh musuh
dengan berperang atau menebusnya dengan harta.
Demikian para ulama islam mengambil hukum dari ayat ini.bahkan
menurut abi Abdillah Al-Qurtubi, tidak ada perbedaan paham dalam hukum ini dan
mereka telah sepakat semuanya harta untuk penebusannya diambilkan dari baitul
mal dan kalau tidak ada,wajib ditanggung oleh seluruh umat islam.
Diantara tujuan berperang dalam islam,ialah membebaskan orang-orang
lemah, baik laki-laki maupun perempuan maupun anak-anak dari tindasan dan
aniaya orang-orang kafir yang zhalim.[7]
Ø
Tafsir
AL-Azhar
Beberapa banyaknya manusia yang tidak berani membuka mulut yang
benar tidak berani mengerjakan ibadah dengan terang-terang karena yang berkuasa
ialah orang yang zalim? Dipenuhi oleh selalu rasa takut dan cemas.”yang telah
berkata mereka:”ya Tuhan kami.keluarkanlah kiranya kami dari negri ini,yang
penduduknya begini zalim,dan jadikanlah untuk kami,dari sisi Engkau seorng
pembelah .”(ujung ayat 75)
Inilah keluhan teman-temanmu seagama,sefaham dan setujuan yang
tengah menderita dinegri makkah.ketika kamu berhijrah ke Madinah,mereka tidak
sanggup turut , karena lemahnya keadaan mereka.ada laki-laki,ada perempuan dan
ada anak-anak . maka selain daripada mengharapkan surga,bangkitkanlah perasaan
belas kasihan kepada kawan-kawanmu itu,bebeskanlah mereka dari penindasan
dengan menempuh peperangan-peperangan ini . jadikanlah dirimu menjadi
“Hizbullah”alat-alat tentara tuhan.buat melaksanakan kehendak tuhan untuk
membebaskan mereka dan menggabulkan doa dan munajat mereka yang tengah
menderita itu.mereka memohon kepada tuhan agar dikirim pemimpin atau seorang
pembela.
Pemimpin mereka kedalam alam kemerdekaan rohani,pembela mereka
daripada tindasan musuh.dalam hati sanubari mereka selalu terbayang
harapan,bilakah masanya Nabi Muhammad,pemimpin dan pembela,bersama tentara dan
beriman , untuk membebaskan dari kezaliman itu .
Ayat ini adalah intisari dari tujuan perang islam.baik di zaman
pembangunan yang pertama,sebagai permulaan ayat ini turun,ataupun untuk
selanjutnya,di dalam (surat 22 )ayat 40 sudah diterangkan garis politik orang
islam,yaitu kalau tidak ada pertahanan yang kuat,niscaya akan diruntuhkan orang
tempat-tempat beribadat,baik sinagog tempat orang yahudi sembahyang,atau gereja
dan biara tempat orang nasrani memuja,apatah lagi masjid tempat orang islam
berjamaah.[8]
5.
Aspek pendidikan dalam Q.S al-Nisa ayat 75
1.
Lingkungan keluarga
Ø Saling membantu di dalam kesusahan
Ø Mempertahankan nama baik keluarga
2.
Lingkungan sekolah
Ø Menuntut ilmu
3.
Lingkungan masyarakat
Ø Tolong – Menolong dalam kebaikan
Ø Memberi bantuan kepada sesama muslim yang mengalami musibah bencana
alam
Ø Nasehat-menasehati dalam kesabaran dan kebaikan, serta meminta
kepada ALLAH, bukannya meminta dari setiap orang dan dengan segala bentuk
apapun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah tersusun di atas dapat disimpulkan bahwa Q.S An-Nisa ayat
75 merupakan dalil yang menunjukan kewajiban berjihad. Dalam ayat ini Allah
menunjuk jalan untuk menyucikan jiwa dari dosa akibat tidak maupergi bertempur
(berjuang). Ayat ini juga menyuruh kita berjuang untuk memperoleh apa yang ada
di sisi Allah dan mengutamakannya atas nikmat dunia.
tujuan
perang dalam islam ialah meninggikan kalimah Allah,membelah saudara-saudara
seagama,membela hak-hak asasi manusia dan menegakkan norma-norma akhlak yang
tinggi bukan untuk memperbudak atau menjaja atau untuk menguasai suatu bangsa
atau negara atau hak-hak orang lain.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari
kasalahan, kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
al-mahalliy Imam
jalalud-din, As-Suyuthi Imam Jalalud-din Tafsir Jalalain Cet. 1 Bandung:
Sinar Baru, 1995
Ghani, H. Busatmi,
Naska Ali Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 2 Semarang: Effhar Offset, 1993
Ash-Shiddieqy,
Teungku Muhahammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’anul Majid AN-NUUR I Semarang:
Rizki Putra, 2000
Al-Maraghy,
Ahmad Mushthafa, Tafsir al Maraghy Semarang: Toha Putra, 1986
as-Sa’di,
Abdurrahman bin Nashir, Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisa s/d Al-An’am
Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007
Hamka, Tafsir al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983
Munawwir, Ahmad
Warson, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Surabaya: Pustaka Progessif,
1997
[1]Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisa s/d Al-An’am.
( Jakarta: pustaka Sahifa, 2007 ). Hal 127
[2]
A.W.Munawir Kamus
Al-Munawir Arab-Indonesia (Surabaya:Pustaka Progressiff,1997).
[3]Ahmad Mushthafa
Al-Maraghy Tafsir Al-Maraghy (Semarang:Toha Putra,1986).Hal.151-153
[5]Teungku
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy Tafsir
Al-Qur’anul Majid AN-NUUR 1 (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2000).
Hal 897-899
[6]Imam
jalalud-din al-mahalliy, Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Tafsir Jalalain
(Bandung: Sinar Baru, 1995). Cet. 1 Hal. 75-76
[7]H.Bustmi A.Gani
dkk, Naska ali Al-Qur’an dan Tafsirnya (Semarang: Effhar offset,1993).
Jilid 2 Hal.228-230
[8]Hamka Tafsir AL-Azhar., (Jakarta: pustakas panjimas 1983). Hal.161-162